MODUL 1
HAKIKAT KURIKULUM
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN PERANAN
KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Istilah kurikulum ( curriculum ) yang pada awalnya digunakan
dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir
( Pelari ) dan Curere ( tempat
berpacu ). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh
oleh seorang pelari mulai dari start sampi
Finish untuk memperoleh mendali/
penghargaan. Kemudian, sejumlah, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran ( subjects ) yang harus ditempuh oleh siswa dari awal sampai akhir
program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Dalam
kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu untuk ( 1 ) memperoleh ijazah, ( 2 )
adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa.
Secara konseptual pengertian
pengertian kurikulum dapat dikelompokan pada tiga dimensi pengertian, yaitu ( 1
) kurikulum sebagai mata pelajaran ( subject ) ( 2 ) kurikulum segbagai pengalaman belajar ( learning experience ) dan (
3 ) kurikulum sebagai program/rencana pembelajaran.
Kurikulum pada dimensi pertama
mengandung makna bahwa pada dasarnya kurikulum itu terdiri atas sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh siswa.
Kurikulum pada dimensi kedua tidak
dibatasi hanya sebagai sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua
pengalaman belajar ( learning experience )
yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Dengan demikian,
pengertian kurikulum itu mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan siswa. Ahli
kurikulum yang berpendapat seperti itu diantaranya Harold B. Alberty ( 1995 ).
Pengertian kurikulum pada dimensi
ketiga mengandung makna bahwa kurikulum tersebut merupakan suatu program atau
rencana belajar ( a plan for learning ). S. Hamid Hasan,
seorang guru besar dan pakar ilmu kurikulum dari Universitas Pendidikan
Indonesia ( UPI ) mengklasifikasikan pengertian kurikulum menjadi empat dimensi
pengertian di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan
keempat dimensi tersebut adalah ( 1 ) Kurikulum sebagai suatu ide/ gagasan, ( 2
) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, ( 3 ) kurikulum sebagai suatu
kegiatan ( 4 ) Kurikulum sebagai suatu hasil,
yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebaga suatu kegiatan.
C. PERANAN KURIKULUM
Kurikulum memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Oemar
Malik ( 1990 ) terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting
yaitu :
1. Peranan
Konservatif yang berkaitan dengan proses pewarisan nilai- nilai budaya masa
lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
2. Peranan
Kreatif yang berkaitan dengan pengembangan sesuatu yang baru yang dibutuhkan
masyarakat
3. Peranan
Kritis/ Evaluatif yang berkaitan dengan proses pemilihan nilai, budaya, dan
pengetahuan baru yang akan diajarkan.
KEGIATAN BELAJAR 2
KOMPONEN- KOMPONEN
KURIKULUM
A. KURIKULUM SEBAGAI SUATU
SISTEM
Kurikulum pada dasarnya merupakan
suatu system, artinya kurikulum itu merupakan suatu kesatuan atau totalitas
yang terdiri dari berbagai komponen, di mana antara komponen satu dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka
pencapaian tujuan. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi/materi,
strategi pembelajaran, dan evaluasi.
B. EMPAT KOMPONEN UTAMA KURIKULUM
1. Tujuan
kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu
proses pendidikan. Tujuan memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang
dicita-citakan dari suatu kurikulum. Tujuan yang jelas akan member petunjuk
yang jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi pembelajaran,
media, dan evaluasi. Tujuan juga dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan
dalam menentukan komponen-komponen kurikulum yang lainnya.
2. Isi/materi
kurikulum merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri dari fakta, konsep,
prinsip, nilai, dan keterampilan yang perlu diberikan kepada siswa. Pengetahuan
ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak dan tidak mungkin semuanya dijadikan
sebagai isi/materi kurikulum. Oleh karena itu perlu diadakan pilihan-pilihan
dengan menggunakan berbagai criteria.
3. Strategi
Pembelajaran berkaitan dengan siasat, cara, atau system penyampaian isi
kurikulum. Ada dua jenis strategi pembelajaran yaitu yang berorientasi kepada
guru ( Teacher Oriented ) dan yang berorientasi
kepada siswa ( Student Oriented ).
Strategi pertama mencakup model ekspositori atau model informasi, sedangkan
strategi yang digunakan atau dipilih dalam pelaksanaan kurikulum diserahkan
sepenuhnya kepada pelaksana kurikulum dengan mempertimbangkan hakikat tujuan,
sifat bahan/isi, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Komponen
evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan menilai proses
implementasi kurikulum secara kkeseluruhan. Hasil evaluasi kurikulum dapat
dijadikan umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.
Selain itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan
kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan tentang kurikulum dan pendidikan.
MODUL 2
LANDASAN DAN PENDEKATAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
KEGIATAN BELAJAR 1
A.
LANDASAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan pengembangan kurikulum
pada hakikatnya perupakan aspek-aspek yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum suatu pendidikan, baik
dilingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Menurut salah seorang pakar ilmu
kurikulum yang bernama Robert S. Zais ( 1976 ), kurikulum suatu lembaga
pendidikan didasarkan kepada lima landasan ( Poundations ), yaitu ( 1 ) pilosopical
assumtions, ( 2 ) epistemology ( the nature of knowledge ) (
3 ) society/ culture, ( 4 ) the individual, dan ( 5 ) learning theory. Dengan berpedoman pada
lima landasan tersebut dibuatlah model yang disebut An electic model of the curriculum and its foundations.
Secara umum terdapat empat landasan
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis,
psikologis, sosial-budaya, dan pengembangan ilmu pengetahuan/teknologi.
1. Landasan
filosofis berkaitan dengan pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan
kurikulum pada suatu satuan pendidikan. Aspek filsafat menjadi rujukan utama
bagi landasan lainnya dalam pengembangan kurikulum. Tujuan dan isi kurikulum
pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis yang berbeda
akan mempengaruhi dan mendorong aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda
pula. Berdasarkan landasan filosofis ini ditentukan tujuan-tujuan pendidikan.
Salah seorang pakar pendidikan, Redja
Mudyahardjo ( 1989 ), menyatakan bahwa terdapat tiga system pemikiran filsafat
yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di Indonesia.
Ketiga system filsafat tersebut, yaitu Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
Kemudian Nana Syaodih Sukmadinata ( 1997 ) menyebutkan ada tiga cabang besar
dari filsafat ini, yaitu metafisika yang membahas segala yang ada dalam alam
ini, epistemologi yang membahas mengenai kebenaran, dan aksiologi yang membahas
mengenai nilai-nilai.
Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal
ini telah diwujudkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( pasal 2 ). Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa., berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab ( pasal 3 ).
2. Landasan psikologis
terutama berkaitan dengan teori belajar dan teori perkembangan anak. Teori
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi kurikulum itu disampaikan
kepada siswa dan bagaimana siswa harus mempelajarinya. Teori perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang akan diberikan kepada
siswa agar tingkat kelulusan dan kedalamannya sesuai taraf perkembangan siswa.
3. Landasan
sosiologis berkaitan dengan pentingnya mempertimbangkan aspek perkembangan
masyarakat dan kebudayaan dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan.
Pendidikan selalu mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan masyrakat
dengan segala karakteristik dan kekayaan budayannya yang menjadi dasar dan
acuan bagi pendidikan dan kurikulum.
4. Landasan
teknologis berkaitan dengan pentingnya mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni ( IPTEKS ) dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan.
Pengembangan program pendidikan ( kurikulum ) harus dilandasi dan mengacu pada
perkembangan dan kemajuan IPTEKS yang secara langsung akan menjadi isi/ materi
kurikulum dan cara penyampaianya.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDEKATAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Menurut
Wina Sanjaya ( 2008 : 77 ), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu.
A.
PENDEKATAN
DARI SUDUT PANDANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangan kurikulum dari sudut pandang kebijakan, yaitu pendekatan
administratif ( administratif approach
) dan pendekatan akar rumput ( grassroots
approach ).
Pendekatan pertama yaitu pendekatan pengembangan
kurikulum dengan menggunakan system komando dari atas ke bawah. Pendekatan ini
disebut pendekatan top- down karena pengembangan kurikulum muncul atas
inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau administrator
pendidikan tingakat pusat dengan menggunakan prosedur administratif.
Pendekatan kedua yaitu pendekatan pengembangan
kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah ( guru dan sekolah )
selanjutnya disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas.
B.
PENDEKATAN
DARI SUDUT PANDANG PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM
Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangan kurikulum dari sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum, yaitu
pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran ( subject ), pendekatan interdisipliner, dan pendekatan terpadu ( integrated ).
Pendekatan pertama bertitik tolak dari mata
pelajaran ( subject ) sebagai suatu
disiplin keilmuan. Setiap mata pelajaran merupakan disiplin ilmu yang terpisah
antara satu dengan yang lainnya.
Pendekatan kedua berangkat dari masalah-masalah
sosial yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinjau hanya dari
satu segi/ aspek saja. Suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang akan
mempengaruhi segi-segi kehidupan haus ditinjau dari berbagai segi.
Pendekatan ketiga bertitik tolak dari suatu
keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya
bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti, dan faedah tertentu.
Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas
yang memiliki maknanya sendiri.
C.
PENDEKATAN
DARI SUDUT PANDANG ORIENTASI PENYUSUNAN KURIKULUM
Pendekatan dari sudut pandang orientasi penyusunan
kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu orientasi pada tujuan, orientasi
pada bahan ajar, dan orientasi pada kegiatan belajar-mengajar. Pendekatan yang
berorientasi pada tujuan didasarkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan mata
pelajaran, sampai dengan tujuan pembelajaran. Pendekatan yang berorientasi pada
bahan ajar sangat menitikberatkan penyusunan kurikulum pada bahan ajar atau
materi pelajaran yang akan diajarkan.
0 Response to "Rangkuman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran SD Modul 1 dan 2 Mata "
Post a Comment