Oleh : Juprani, S.Pd (2012)
Sekolah sebagai salah satu institusi
pendidikan yang secara langsung bertanggung jawab penuh terhadap kinerja
pendidikan yang berkualitas harus mampu membenahi segala aspek yang menjadi
wewenang dalam pelaksanaan manajemen sekolah. Diantaranya adalah peningkatan
proses pembelajaran agar menjadi lebih bermutu sehingga mampu menghasilkan
output yang diharapkan.
Proses pembelajaran yang diterapkan harus memperlihatkan
spesifikasi dari karakterisrik mata pelajaran serta perkembangan peserta didik
sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif dan nampak semangat mereka dalam
mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang seperti inilah yang
semestinya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah melalui program-program
yang dirancang sistematis dan berkesinambungan. Pada lingkup pembelajaran
berbasis IPA karakteristik yang paling menonjol yaitu adanya pengaitan konsep
dengan kehidupan nyata melalui pengamatan atau percobaan di laboratorium.
Bahkan pada kasus tertentu tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai jika tidak
mengadakan eksperimen dalam pembelajarannya, disamping untuk mencapai
tujuan pembelajaran metode ini memberikan kesan yang mendalam dan lebih
bermakna bagi peserta didik sehingga menumbuhkan sikap positif bagi proses dan
hasil belajarnya. Dari sini timbul perilaku antusias yang besar dalam diri tiap
peserta didik mengikuti pembelajaran IPA yang selama ini seakan menjadi ‘hantu’
karena lebih banyak dicekoki konsep abstrak yang seharusnya mampu mereka bangun
melalui aktivitas di laboratorium.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam mendukung
pembelajaran IPA sehingga penyampaian konsep lebih bermakna yaitu tersedianya sarana
dan prasarana berupa ruang laboratorium dan alat peraga (alat praktek) yang
sesuai. Tapi yang menjadi catatan bahwa laboratorium bukanlah sesuatu yang
mutlak harus ada dalam melakukan aktivitas percobaan apalagi bagi sekolah yang
masih baru dan belum mampu dari segi finansial. Justru alat praktek lah yang
harus tersedia walaupun nantinya melakukan aktivitas percobaan di ruang kelas
reguler (bukan laboratorium). Yang dimaksudkan alat
praktek disini adalah benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat praktek membantu memudahkan
memahami suatu konsep secara tidak langsung atau bahkan digunakan secara
langsung untuk membentuk suatu konsep. Sedemikian pentingnya alat praktek dalam
pembelajaran IPA sudah sepantasnya pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin
untuk pengadaannya.
Proses pembelajaran yang selama ini kita harapkan adalah
terjadinya kegiatan belajar yang melibatkan seluruh aspek yang dimiliki siswa
melalui keaktifan fisik dan mental. Dari perpaduan ini menghasilkan kematangan
berpikir serta penyerapan materi yang lebih efektif bagi siswa. Kegiatan ilmiah dengan menggunakan alat praktek adalah
wujud perpaduan konsep abstrak dengan dunia nyata sehingga nampak korelasi yang
semakin jelas, hal ini akan memantapkan pengetahuan mereka dan menumbuhkan
apresiasi positif terhadap sesuatu yang telah mereka dapatkan di kelas.
Aktivitas praktikum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA secara khusus dan secara umum terhadap mata pelajaran lain.
Namun jika kita melihat kondisi realitas yang ada yaitu
tidak tersedianya alat praktek yang memadai di sekolah membuat harapan kita
terhadap pembelajaran IPA yang agar lebih menarik menjadi sirna. Tidak adanya
aktivitas praktikum memaksa guru harus mengajarkan materi dasar saja melalui
metode yang monoton membuat kondisi kelas lebih bersifat pasif.
Penyediaan alat praktek untuk kebutuhan praktikum yang masih
sangat minim dirasakan sebagian besar sekolah negeri atau swasta meskipun
sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar. Sebagian sekolah bahkan tak
mampu mengembangkan dan memperdalam materi yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang membutuhkan banyak praktik
karena tak memiliki alat peraga yang memadai. Lagi-lagi persoalan dana yang
menjadi kendala. Terlebih lagi jika kita berbicara tentang sekolah swasta yang
notabene sangat minim alokasi bantuan dari pemerintah dipaksa bekerja ekstra
untuk menyediakan alat praktek, hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan
dana dari yayasan yang menaunginya. Mahalnya harga sebagian besar alat praktek
IPA menambah deretan kendala pihak sekolah.
Selain berdampak pada kualitas pembelajaran, di sisi lain
tidak adanya alat peraga/praktik menimbulkan perasaan kecewa dari siswa dan
orang tua kepada sekolah yang dianggap tidak mampu memenuhi kepuasan
pelanggannya. Apalagi sekolah yang membuka program IPA di setiap tingkatan
kelas, alat peraga/praktik adalah sebuah kemestian. Lucu kedengarannya jika ada
sekolah membuka program IPA namun tidak nampak aktifitas ilmiah di dalamnya
karena tidak adanya alat praktek.
Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas maka perlu
dipikirkan sebuah solusi yang dapat menjadi alternatif salah satunya adalah
pengembangan alat praktek IPA sederhana. Menurut
Nyoman Kertiasa (1994) yang menyatakan tentang pengertian alat peraga/praktik
IPA sederhana atau disebut juga alat IPA buatan sendiri, adalah alat yang dapat
dirancang dan dibuat sendiri dengan memanfaatkan alat/bahan sekitar lingkungan kita,
dalam waktu relatif singkat dan tidak memerlukan keterampilan khusus dalam
penggunaan alat/bahan/perkakas, dapat menjelaskan/menunjukkan/membuktikan
konsep-konsep atau gejala-gejala yang sedang dipelajari, alat lebih bersifat
kualitatif daripada ketetapan kuantitatif.
Alat peraga/praktik IPA sederhana yang dikembangkan berupa
prototipe, yaitu alat yang sebelumnya tidak ada, atau dapat juga merupakan
pengembangan dari alat yang sudah ada. Sebagai contoh alat uji elektrolit dan
non elektrolit yang dibuat oleh pabrik menggunakan indikator lampu
wolfram, elektrodenya batang tembaga dapat dibuat dan dikembangkan dengan
membuat prototipe alat tersebut dengan cara mengganti indikator lampu dengan
LED serta mengganti elektrode batang tembaga dengan batang karbon yang dapat
diperoleh dari batu baterai bekas.
Ada dua aspek keuntungan yang bisa didapatkan
dengan penggunaan alat praktek IPA sederhana yaitu dari sisi kinerja kualitatif
cukup baik dan di lain sisi menimbulkan efesiensi biaya sehingga sekolah mampu
mengirit dana operasional yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain.
Dalam mendukung program pengembangan alat
praktek IPA sederhana ada tiga faktor yang sangat menenentukan : (1) pelaksana
teknis program yaitu guru dan siswa, (2) Bahan dan alat (tools)
seperti tang, obeng, palu, solder, pemotong kaca/pipa, kikir, gunting, pisau
pemotong/cutter dan (3) alokasi waktu untuk merancang, membuat, dan
mengembangkan alat. Program ini melibatkan beberapa siswa yang memiliki
motivasi dan daya inovasi yang tinggi yang diharapkan mampu memberikan
pengalaman langsung, mengembangkan kreativitas, dan meningkatkan keterampilan
serta melatih dalam memahami konsep secara langsung. Adapun tugas guru dalam
hal ini yaitu memahamkan konsep sains dari alat yang akan dibuat dan
dikembangkan dan senantiasa mendampingi siswa dalam setiap aktivitasnya dari
perancangan sampai pada tahap evaluasi keberhasilan produk.
Hasil dari program ini diharapkan mampu
mengurangi kesulitan sekolah dalam hal pengadaan atau melengkapi alat praktek
IPA yang umumnya tidak mampu dijangkau dari segi biaya. Selain itu, membantu
guru dalam pembelajaran IPA sehingga penyampaian konsep menjadi lebih bermakna
sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep yang dipelajarinya dan akhirnya tercipta suatu proses
pembelajaran berkualitas sesuai harapan kita bersama
Jangan Lupa Komentarnya Cuuyyyyy !!!
0 Response to "Pengertian Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran IPA"
Post a Comment