MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Zaman sekarang,
pendidikan merupakan batu pijakan untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas
baik itu di lihat dari aspek psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki
oleh individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Sehingga diperlukan suatu
pendidikan yang mengairahkan dan menarik perhatian suatu individu agar dapat
mengembangkan ketiga aspek tersebut agar tercapainya kualitas dari suatu bangsa
dan negara.
Di Indonesia
sendiri, pendidikan mengalami berbagai macam perubahan yang dapat dilihat dari
kurikulum yang argumentasinya lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti
karena tidak sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi sehingga
diperlukan suatu pembaharuan. Selain itu, Pendidikan di era-modern di tuntut
dengan suatu hal yang baru, hal ini di karenakan dalam pengajaran suatu
pembelajaran di suatu sekolah secara khusus berbeda-beda tergantung dari
materi, media dan metode yang digunakan. Pengajaran yang konvensional saat ini
membuat siswa merasa jenuh akan proses pembelajaran sehingga diperlukan suatu
pembelajaran yang menarik perhatian siswa khususnya pada pendidikan sekolah
dasar.
Melihat kondisi
tersebut khususnya pendidikan di indonesia yang mengalami perubahan serta untuk
dapat menarik perhatian siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa indonesia
maka diperlukan suatu model yang pas atau sesuai dengan materi atau topik yang
sedang di bahas agar dapat menjadi suatu konsen bagi siswa di sekolah dasar.
Tentu saja peran penting sebagai ujung tombak yang mengarahkan siswa untuk
dapat mencapai pendidikan adalah guru. Guru diharapkan atau diwajibkan untuk
bisa menggunakan model pembelajaran dalam berbahasa indonesia dan sastra di
sekolah dasar.
Melihat hal ini,
maka kami tertarik untuk menyusun makalah dengan memperhatikan permasalahan
tersebut maka judulnya makalah ini adalah “
Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia di Sekolah Dasar”.
Dalam makalah ini, kami akan mendsekripsikan serta memperhatikan model yang
bagaimana implementasikan di sekolah dasar yang haru di kuasai oleh guru atau
calon-calon perubahan agar dapat menjadi bekal bagi mereka kedepannya.
B.
Masalah
dan Sub Masalah
Dengan
memperhatiakan latarbelakang tersebut, maka dirumuskanlah masalah makalah ini,
yaitu: Bagaimana Model-model pembelajaran bahasa dan satra Indonesia di Sekolah
Dasar ?
Berdasarkan
masalah-masalah tersebut maka di susunlah sub-sub masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang di maksud dengan model ?
2.
Apa saja model-model pembelajaran bahasa
dan sastra indonesia di SD ?
3.
Bagaimana aplikasi model pembelajaran
bahasa dan sastra indonesia dengan materi di SD ?
C.
Tujuan
Penulisan
Secara umum makalah
ini adalah mendeskripsikan Model-model pembelajaran bahasa dan satra Indonesia
di Sekolah Dasar. Adapun secara khususnya adalah sebagai berikut:
1.
Mendsekripsikan model.
2.
Mendeskripsikan model-model pembelajaran
bahasa dan sastra indonesia di SD.
3.
Mendeskripsikan aplikasi model
pembelajaran bahasa dan sastra indonesia dengan materi di SD.
D.
Manfaat
Penulisan
Penulis berharap secara teoritis, makalah ini dapat
menambah wawasan keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu (pendidik) khususnya
berkaitan dengan dunia pendidikan terutama pada model-model pembelajaran bahasa
dan sastra indonesia di SD.
Praktisnya, bagi penulis makalah ini bermanfaat
sebagai ajang untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas. Makalah
ini sebagai bukti dari tugas matakuliah Pembelajaran bahasa dan sastra
indonesia di SD. Selanjutnya, hasil makalah ini diharapkan nantinya dapat mendorong
adanya suatu kajian-kajian lain yang sejenis dan lebih kreatif serta mampu
mengembangkan model-model pembelajaran bahasa dan sastra indonesia.
E.
Sistematika
Penulisan
Model pembelajaran bahasa dan
sastra indonesia memuat beberapa hal dengan materi pada matapelajaran di
sekolah dasar. Model ini juga menyangkut apa dan bagaimana mengembangkan model
tersebut. Sistematikan model-model pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di
SD adalah sebagai berikut:
Bab
I,
Merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, masalah dan sub
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
Bab
II, Berisikan
penjelasan mengenai definisi model, apa saja model dalam pembelajaran bahasa
dan sastra indonesia dan bagaimana aplikasinya pada materi dalam matapelajaran
bahasa indonesia di SD.
Bab
III, Berisikan mengenai kesimpulan dari materi yang
dibahas serta saran-saran kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran
Pemahaman model
dapat dipahami dengan berbagai macam pengertian yang bermacam-macam. Secara
etimologi, model berasal dari bahasa italia yakni modello yang dapat diartikan
dari berbagai dimensi, jika dari kata benda maka model diartikan sebagai jenis
atau contoh, sedangkan dari kata sifat dapat dipahami sebagai teladang atau di
ambil sebagai contoh dan yang terakhir dari kata kerja dipahami sebagai membuat
dengan contoh. Dengan kata lain, model secara etimologi yakni sesuatu contoh. Dalam
kamus besar bahasa indoneis (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari
sesuatu yang dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil
kesimpulan, jika model dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu
pola ( contoh, acuan, ragam dsb) yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan
dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut
secara aktif, efektif dan inovatif.
Pada
model pembelajaran menurut Zaini, model pembelajaran adalah pedoman berupa
program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tangguangjawab guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari
penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama
belajar.
Menurut
Sukmasari Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang melibatkan pola
pembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru, siswa,
sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyababkan terjadinya belajar pada siswa.
Dari
berbagai macam pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan model
pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan pedoman dalam startegi mengajar
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
B.
Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD
1.
Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Pembelajaran Kooperatif
Salah
satu model pembelajaran yang sekarang banyak dikembangkan di beberapa sekolah,
khususnya pada jenjang sekolah dasar adalah model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Pembelajaran ini menekankan pada adanya aspek
kooperatif atau kerja sama antara satu siswa dengan siswa lain. Kerja sama yang
dibangun dalam model pembelajaran kooperatif adalah kerjasama yang tersetruktur dan terencana dengan baik.
b.
Teknik Pembelajaran
Kooperatif Berdasarkan Komponen dan Penerapannya
1.
STAD (Student Teams
Achievement Division), digunakan untuk mengajarkan secara verbal dan tertulis
yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
§ Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
§ Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
§ Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan materi
yang telah diberikan.
§ Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya
terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.
2.
Jigsaw, digunakan untuk
bertanya atau berpendapat (Aspek Berbicara) pertama kali dikembangkan oleh
Aronsos dkk adapun langkah-langkah pengembangannya sebagai berikut:
§ Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok
anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen
§ Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung
jawab mempelajari.
§ Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji
bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.
§ Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam
kelompok pakar.
§ Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang pernah di pelajari.
§ Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode
STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
3.
NHT (Number Heads
Together), Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajatan atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Implementasi di kelas pada NHT adalah sebagai berikut:
§ Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan di capai.
§ Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal
§ Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok diberi nama atau nomor
§ Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok
§ Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu
kelompok untuk menjawab
§ Guru memfasilitasi, mengarahkan dan memberikan penegasan
akhir pembelajaran
§ Guru memberikan tes individu
2.
Model Pembelajaran Kontekstual
a.
Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual adalah
konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
b.
Komponen Model
Pembelajaran Kontekstual
1. Konstrukvisme
§ Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pada pengetahuan awal.
§
Pembelajaran harus
dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
Inquiry
§ Siswa belajar berpikir kritis
§ Proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
3. Questioning
(Bertanya)
§ Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
§ Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran
yang berbasis inquiry
4.
Learning Community (Masyarakat Belajar)
§
Sekelompok orang
yang terikat dalam kegiatan belajar.
§
Bekerjasama dengan
orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
§
Tukar pengalaman.
§
Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
6. Reflection (
Refleksi)
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
c.
Aplikasi di kelas dalam
model pembelajaran kontekstual
1. Memilih tema
2. Menentukan konsep-konsep yang dipelajari
3. Menentukan kegiatan –kegiatan untuk
investigasi konsep-konsep terdaftar
4. Menentukan mata pelajaran terkait(dalam
bentuk diagram)
5. Mereviu kegiatan-kegiatan & mata
pelajaran yang terkait
6. Menentukan urutan kegiatan
7. Menyiapkan tindak lanjut
3.
Model Pembelajaran Kuantum
a.
Pembelajaran Kuantum
Proses
pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif
tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi
dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif,
proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif,
komunikatif dan berorientasi pada tujuan.
b.
Komponen Model
Pembelajaran Kuantum (Bermakna)
Pembelajaran quantum merupakan
ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan
pemrograman neorologi yang jauh sebelumnya sudah ada dikaitkan dengan penemuan
empiris sehingga terjadi keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan yang pada
dasarnya anak itu mempunyai kecerdasan ganda.
4.
Model Pembelajaran Tematik
a.
Pembelajaran Tematik
Menurut Siskandar, bagi guru SD kelas
rendah (kelas I, II, dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret,
pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai
pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa
kelas I, II, dan III menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat
kontekstualdengan dunia anak-anak.
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi
guna mencapai kompetensi/keahlian tertentu -
Tema adalah suatu bidang yang luas, yang menjadi fokus pembahasan dalam
pembelajaran - Topik adalah bagian
dari tema / sub tema.
b. Komponen Pembelajaran Tematik
1.
Jaring Laba-Laba
Adalah beberapa
mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema dan setiao mata pelajaran
diajarkan seperti biasa menggunakan jadwal pelajaran. Penilain setiap mata
pelajaran masih dilakukan seperti biasa sesuai dengan karakteristik dari setiap
mata pelajaran. Satu tema dapat dilakuan selama 2 minggu tergantung dari materi
yang dikaitkan. Contohnya mata pelajaran IPS, MAT, BI dengan Tema Zat Cair.
2.
Terpadu
Adalah
pembelajaran dari satu tema dengan tema lain.
3.
Keterhubungan
Adalah
pembelajaran dalam satu mata pelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan
sub bab/bab yang satu dengan lainnya.
c. Contoh Materi Model Tematik
Tema dengan materi
pada BI, IPS dan IPA
Beberapa benda
larut
|
Zat cair dapat
dituang dari suatu wadah ke wadah yang lain
|
ZAT CAIR
|
Zat cair dapat
digunakan untuk apa saja
|
Beberapa zat
cair lebih kental dari pada yang lain
|
Zat cair membentuk suatu wadah
|
Zat Cair
dikelompokan menurut ciri-ciri
|
5.
5.
Model
Pembelajaran PAIKEM
a.
Pembelajaran
PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi
dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang
diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di
pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan
dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan
tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif
sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap
karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing
orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu
dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory
atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan
pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan
mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri
siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
b.
Aplikasi
PAIKEM pada siswa SD
1.
Standar
Kompetensi
·
Memahami
bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan
·
Mengungkapkan
pikiran, perasaan dan informasi secara lisan dengan perkenalan dan tegur
sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh dan deklamasi
·
Memahami
teks pendek dengan membaca nyaring
·
Menulis
permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi dan menyalin
2.
Kompetensi
Dasar
·
Melaksanakan
sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana
·
Menyebutkan
tokoh-tokoh dalam cerita
·
Memperkenalkan
diri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
·
Membaca
nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
·
Mencontoh
huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar
3.
Indikator
·
Melaksanakan
sesuai sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana
·
Menyebutkan
tokoh-tokoh dalam cerita tentang keluarga
·
Memperkenalkan
diri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
·
Membaca
nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
·
Mencontoh
huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar
4.
Tujuan
·
Siswa
dapat Melaksanakan sesuai sesuai dengan perintah atau
petunjuk sederhana
·
Siswa
dapat Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita tentang keluarga
·
Siswa
dapat Memperkenalkan diri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang
santun
·
Siswa
dapat Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
·
Siswa
dapat Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku
atau papan tulis dengan benar
5.
Penerapan
·
Meminta
semua siswa mengamati gambar Keluarga Adi Yang terdiri dari ayah, ibu, asih dan
adi. Guru menceritakan makna gambar, dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang
nama masing-masing siswa,
·
Guru membacakan teks tentang “keluargaku” dan semua siswa menirukan cara membaca dengan lafal yang tepat
·
Menugaskan
beberapa siswa untuk membilang dan mengurutkan keluarga (dalam gambar) dan
secara fisik mana yng paling besar, kemudian diurutkan dari yang paling kecil
ke yang paling besar
·
Dilanjutkan
dengan bertanya jawab tentang nama-nama guru dan siswa (ada yang namanya
terdiri dari hanya satu kata, ada yang namanya terdiri dari dua kata)
·
Menugaskan
semua siswa untuk menyebutkan data
dirinya (nama, kelas,
sekolah dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana
§ siapa nama panggilannya,
§ siapa nama panjang/lengkapnya
§ siapa nama ayahnya
§ dan ibunya
·
Semua
siswa diminta mengamati contoh huruf sambung dan contoh huruf lepas,
serta cara penulisannya. suku kata, kata dan kalimat sederhana
·
Menugaskan
semua siswa untuk menjiplak huruf dikaitkan dengan namanya sendiri dan atau
nama guru atau temannya
·
Guru
memberikan penjelasan cara menulis dan membaca yang baik dan benar dan
semua siswa untuk diminta mendengarkan serta memperhatikan.
·
Guru
mengamati sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran serta memberi
nasihat agar siswa :
·
Rukun dengan temannya
·
Tidak boleh bertengkar
·
Saling menyayangi sesama teman
·
Mendengarkan kalau guru menjelaskan
·
Mengerjakan kalau guru menugaskan
6. Model
Pembelajaran Kolaborative
a.
Pembelajaran
Kolaborative
Pembelajaran
kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan
para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju
bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila
orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di
kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang
lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih
mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang
berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam
skala nasional bahkan mondial.
b.
Macam Pembelajaran Kolaboratif
Ada
banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli
maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team
Learning pada John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh
macam yang mendapatkan perhatian secara luas, yaitu:
1.
Learning
Together. Dalam
metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam
kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set
lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
2.
Teams-Games-Tournament
(TGT). Setelah
belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba
dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.
Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3.
Group
Investigation (GI).
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta
perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang
akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana
perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses
dan hasil kerja kelompok.
4.
Academic-Constructive
Controversy (AC).
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi
konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing,
baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan
pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan
masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan
psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota
maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
5.
Jigsaw
Proscedure (JP).
Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang
berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami
keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh.
Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
6.
Student
Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan
membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
7.
Complex
Instruction (CI).
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi
pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial.
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap
pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan
dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian
didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
8.
Team
Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara
pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam
kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa
mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat
menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain
pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran
soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9.
Cooperative
Learning Stuctures (CLS).
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa
(berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang
lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan
yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar,
ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang
waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling
berpasangan itu berganti peran.
10.
Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya,
model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata
bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil
deskripsi tersebut maka dapat diambil kesimpulan, bahwa model-model
pembelajaran terdiri dari 6 model pembelajaran, yakni:
1.
Model Pembelajaran
Kooperatif, dengan komponen pembelajaranya yakni STAD, Jigsaw dan NHT
2.
Model Pembelajaran
Kontekstual , dengan komponen pembelajaranya yakni Konstrukvisme, Inquiry, Questioning (Bertanya),
Learning Community (Masyarakat Belajar), Modeling (Pemodelan) dan Reflection
( Refleksi)
3.
Model Pembelajaran
Kuantum
4.
Model Pembelajaran
Tematik, dengan komponen pembelajaranya adalah Jaring Laba-Laba, Terpadu dan
Keterhubungan
5.
Model Pembelajaran PAIKEM
6.
Model
Pembelajaran Kolaborative dengan komponen pembelajarnya adalah Learning
Together, Teams-Games-Tournament, Group Investigation
Academic-Constructive Controversy Jigsaw Proscedure Student Team
Achievement Divisions Complex Instruction Team Accelerated Instruction
Cooperative
Learning Stuctures Cooperative
Integrated Reading and Composition.
B.
Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai alternative
pembelajaran bahasa indonesia di SD dan pendidikan. Setelah makalah ini
dilaksanakan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan jauh
tertinggal dengan negara lain, namun tidak menutup kemungkinan untuk bangsa ini
kembali bangkit dengan ikut berkerja secara maksimal dalam menerapkan model-model
pembelajaran dalam konteks matapelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar.
Khusus untuk guru-guru dan calon guru yang sedang memprofesionalisme di bangku
perkuliahan di harapkan memperhatikan komponen-komponen model pembelajaran agar
apa yang menjadi cita-cita bangsa indonesia yang tercermin pada UUD 1945
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arina. 2012. Potret Model Sebenarnya (Online).
Tersedia: http://shout.indonesianyouthconference.org/article/arina/2191-potret-model-sebenarnya/
Yusti.
2012. Model Pembelajaran Kooperatif (Online).
Tersedia: http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html
Padiya.
2012. Model Pembelajaran Kontekstual (Online).
Tersedia: http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-kontekstual.html
Pensb. 2012. Pembelajaan Kuantum (Online). Tersedia: http://pensa-sb.info/pembelajaran-kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/
Hilda. 2012. Pembelajaran Tematik di Indonesia (Online). Tersedia: http://hildakarliuninus.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-tematik-di-indonesia.html
mudah-mudahan bermanfaat ya............................
0 Response to "MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD"
Post a Comment