Selamat Datang di Blog Juprani, S.Pd jangan lupa tinggalkan komentarnya semoga bermanfaat terima kasih... dan bagi yang butuh PTK dll silahkan hub saya

Metode Membaca Menulis Permulaan Update Bab II

sobat web juprani  seperti janji saya sebelumnya kali ini saya akan share makalah tentang metode membaca menulis permulaan bab II untuk selanjutnya ikuti terus update terbaru nya di web juprani .. tanpa basa basi langsung saja yu....
untuk Bab I nya silahkan klik disini


Membaca Menulis Permulaan
METODE MEMBACA MENULIS PERMULAAN
Oleh: Admin

II. PEMBAHASAN

1. Telaah Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar, tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang bermakna.
Bagi umumnya anak Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama atau kedua. Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa pertama apabila anak dibesarkan oleh orang tua yang hanya menguasai bahasa Indonesia atau keluarga yang mengajarkan anaknya berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, meskipun keluarga itu berasal dari daerah tertentu. Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa kedua, jika anak tersebut berasal dari keluarga yang kesehariannya menggunakan bahasa daerah tertentu.
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh sekaligus. Keterampilan berbicara misalnya, dimiliki anak melalui tahap-tahap berikut ini.
1.      Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
2.      Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
3.      Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya.


5
4.      Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada tahap-tahap di atas secara implisit berkembang pula pengetahuan anak tentang subsistem-subsistem bahasa seperti fonologi, gramatika, semantik, dan pragmatik. Kemampuan berbahasa lisan reseptif, seperti menyimak atau memahami, diperoleh anak lebih cepat daripada kemampuan berbicara. Ketika anak baru mampu menggunakan ujaran dengan satu kata, misalnya kemampuan memahaminya lebih tinggi. Ia mampu mengerti dan merespon tuturan yang lengkap dan relatif panjang. Begitulah seterusnya.

2. Metode Membaca Menulis Permulaan (MMP)
Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).
Menurut hasil penelitian di beberapa negara, kebiasaan mengeja bisa terbawa sampai dewasa. Pengenalan huruf memang perlu, tetapi penekanan pada mengeja lebih banyak merugikan.
Bagaimana sebaiknya? Bagi anak-anak kelas awal, kegiatan menggambar, bercerita, membaca, dan menulis sebaiknya merupakan kegiatan terpadu. Belajar membaca permulaan, sebaiknya dilakukan melalui gambar-gambar dengan kata-kata sederhana (meja, topi kuda). Anak sebaiknya belajar membaca kata-kata secara utuh yang bermakna bukan huruf demi huruf. Setelah dapat membaca secara utuh, anak belajar membaca suku kata, dan kalau perlu huruf huruf, bukan dibalik, belajar huruf dulu.

6
Kemampuan anak untuk mengekspresikan diri (lisan maupun tertulis) dapat dikembangkan melalui pengalaman nyata siswa, yang diungkapkan melalui kegiatan menggambar dan bercerita dengan menggunakan kata-kata dari anak itu sendiri. Kalau anak belum dapat menulis, guru membantu menuliskan apa yang diceritakan siswa.
Dengan kata lain, belajar membaca dan menulis permulaan paling bagus dikembangkan dalam konteks dan menggunakan kata kata siswa sendiri, bukan melalui kata-kata lepas atau kalimat yang dibuat guru atau mengutip dari buku.
Sajian pertama pada awal-awal anak memasuki lingkungan sekolah adalah program Membaca Menulis Permulaan (MMP). Dalam pelaksanaannya di dalam kelas di kenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP, yakni metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS. Pembelajaran MMP dengan metode eja atau metode bunyi dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang tidak bermakna, yakni huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut, kemudian pembelajaran MMP bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni suku kata, kata dan akhirnya kalimat. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada cara pelafalan abjadnya.
Metode suku kata dan metode kata memulai pembelajaran MMP dari suku-suku kata (metode suku kata) dan dari kata (metode kata). Proses pembelajaran melalui kedua metode ini dilaksanakan dengan teknik mengupas dan teknik merangkai. Metode global dan metode SAS memiliki kesamaan dalam hal pengambilan titik tolak pembelajaran MMP. Proses pembelajaran dimaksud diawali dengan memperkenalkan struktur kalimat sebagai dasar bagi pembelajaran MMP. Perbedaannya proses pembelajaran MMP dengan metode global tidak disertai dengan proses sintesis; sedangkan SAS menuntut proses analisis dan proses sintesis.
1.      Macam-macam Metode Membaca Menulis Permulaan
a.      Metode Suku Kata
Metode suku kata, yaitu metode pembelajaran membaca dengan mengenalkan “Kata” kemudian dikupas menjadi “Suku Kata”, kemudian huruf. Setelah anak mengenal huruf, kemudian disusun kembali menjadi kata asal dan kata-kata lain yang berasal dari huruf-huruf tersebut. Misal, Kata asal “Kuda”, diacak menjadin: “Kadu”, “Duka”

7
b.      Metode Suku Kalimat
Metode suku kalimat, yaitu metode pembelajaran membaca dengan mengenalkan “Satu Struktur Kalimat Sederhana”. Kemudian dikupas menjadi “Kata”. Kata yang menjadi fokus pembelajaran dikupas menjadi huruf. Sedangkan selanjutnya kembali kepada Metode “Suku Kata”

c.       Metode Kupas Rangkai Suku kata (KRS)
Metode Kupas Rangkai Suku kata (KRS) merupakan bentuk metode membaca permulaan lainnya. Prosedur yang ditempuh hampir sama dengan metode-metode sebagaimana telah dikemukakan di atas. Anak-anak harus menguasai suku kata lebih dulu untuk dapat membaca sebuah kata. Metode ini cenderung menggabungkan antara suku kata dengan suku kata lain dan pada tahap awal anak-anak masih terbiasa menggunakan tanda sambung untuk menggabungkan suku kata-suku kata tersebut.
Bahasa Indoensia yang mempunyai sifat aglutinatif berbeda jelas dengan bahasa-bahasa lain terutama bahasa Inggris; bahasa yang disebut terakhir ini bersifat fleksi. Berhubung dengan itu untuk belajar membaca-menulis permulaan banyak pengajar berkecenderungan menggunakan Metode KRS di samping Metode Ejaan yang tampaknya sudah mendarah daging di mana-mana. Metode KRS disebut juga Metode SAS yang lain, singkatan dari Sibalik Analitik Sintetik. Metode KRS banyak digemari anak-anak karena bersifat lebih ritmis kalau dibaca. Sifat ini sangat sesuai dengan jiwa anak-anak yang suka pada hal-hal yang ritmis.
a)  Kelebihan Metode KRS
1)      Metode ini berprinsip unsur bahasa adalah suku kata bukan kalimat. Setiap suku kata, dapat dibaca dengan ritme tertentu dan dalam permainan dapat dipakai secara sambung bersambung sesuai dengan kegemaran anak bermain; seperti: ma- ta : ta - ni; ni - la; la -ma; ma - ka; ka - ki; ki - ta; dan seterusnya. Setiap suku kata bersifat hidup.
2)      Metode KRS sesuai pula dengan bahasa Indonesia yang memiliki banyak kata dan suku kata terbuka yang dapat mendukung posisi Metode KRS itu sendiri.
3)      Sekali berucap telah tercakup paling banyak tiga bunyi; ini mengutamakan bagi pelajaran menulis.
4)      Metode KRS meningkatkan daya imajinasi anak dalam hal mencari suku kata lain untuk membentuk sebuah kata baru yang berarti.
8
b)     Kelemahan Metode KRS
Ada kemungkinan tanda-tanda sambung jika ini diharuskan dipakai: akan terbiasa ditulis anak-anak pada tingkat lanjutan. Permainan baik yang bersifat lucu maupun yang serius merjpakan pelaksanaan teknik pengajaran yang paling tepat untuk menerapkan metode KRS.

d.      Metode Kalimat
Metode ini disebut juga Metode Global karena yang mula-mula disajikan kepada pembelajar adalah kalimat-kalimat pendek bersifat global. Penguraian dari bentuk kalimat menjadi kata dari kata menjadi suku-suku kata akhirnya menjadi huruf. Tindak lanjut seperti ini pembelajar MMP lainnya, yaitu akhirnya mengenal huruf hasil dan penguraian sebuah kalimat. Catatan untuk metode ini bahwa huruf sebagai unsur bahasa tidak digabungkan lagi menjadi suku kata dan seterusnya, sehingga metode ini memiliid proses menganalisa saja
a)  Kelebihan Metode Kalimat
Kelebihan Metode Kalimat, yaitu:
1)      Proses penguraian cenderung seperti pada Metode SAS; jika metode SAS telah diperkenalkan baik pemgajar maupun pembelajar takkan mendapatkan kesulitan untuk mempelajarinya.
2)      Baik Metode Kalimat maupun Metode SAS melatih anak-anak terbiasa menganalisa.
3)      Metode kalimat dapat mudah diikuti anak-anak diperkotaan karena faktor-faktor lingkungan.

b)  Kelemahan Metode Kalimat

Kelemahan Metode Kalimat, yaitu:
1)      Metode ini sangat sukar diterapkan pada pembelajar di pedesaan atau lokasi terpencil.
2)      Untuk memilih kalimat-kalimat yang sesuai dengan minat dan jalan pikiran anak-anak dengan mempertimbangkan setiap kalimat pada mula-mula harus .terdiri dari tiga kata kemudian meningkat merupakan beban pengajar.
3)      Pilihan kata dalam kalimat harus disesuaikan kata-kata yang sering dipakai anak-anak pergaulan sehari-hari.
9
e.       Metode Imitasi Konprehensif, dan Produksi (IKP)
Metode IKP hakikatnya adalah tiga metode yang dilaksanakan secara serentak. IKP mempunyai kepanjangan : Imitasi, Komprehensi dan Produksi. Prosedur metode ini ialah (a) Imitasi : anak disuruh menirukan sebuah kalimat; (b) komprehensi : anak harus dapat menunjukkan dengan jalan apapun bahwa ia sebenarnya memahami maksud suatu kalimat dan (c) Produksi : proses produksi di sini bukan suatu kejadian yang spontan seperti pada teknik alamiah, melainkan merupakan proses produksi yang sangat terarah, . misalnya anak harus menyelesaikan suatu kalimat. Metode IKP ini disarankan oleh Desa Tombe dan ia membandingkan ketiga metode tersebut sebagai berikut:
1)      I lebih baik daripada K dan K lebih baik daripada P. Ketiga metode ini berbeda dalam segi kuantitatif tetapi sama dalam segi kualitatif.
2)      Jika I lebih baik daripada K anak-anak tentu dapat meneruskan kalimat-kalimat yang tidak dipahaminya dengan cara mudah dan lancar. Anak-anak yang kurang berminat pada bahasa K akan lebih baik daripada I. Dengan memberi tekanan pada K perlu juga diperhatikan segi semantisnya.
3)      Jika menjadi tekanan adalah P maka perlu diperhatikan bahwa kalimat “pasif dan kalimat “majemuk” serta kalimat adalah yang paling sukar dihayalkan oleh anak-anak; sedangkan pada K sumber kesalahan tampak pada kalimat “ingkar”. Jadi pada hakekatnya metode IKP dapat diterapkan pada anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua dengan mempertimbangkan segi kemampuan anak-anak dalam situasi dan kondisi yang tidak sama.

a)      Kelebihan Metode IKP
Beberapa kelebihan Metode IKP adalah sebagai berikut:

1)      Metode IKP dapat memahami kehendak anak-anak sesuai dengan cara memperoleh bahasa untuk mempelajari bahasa barunya.
2)      Berhubung dengan metode IKP adalah gabungan tiga metode ini berarti bahwa anak anak sekaligus telah mampu diterapi tiga metode belajar bahasa sesuai dengan kesiapan mentalnya.
3)      Metode IKP cenderung mengikuti segi sistem belajar “berpikir” Piaget.


10
b)  Kelemahan Metode IKP
Sedangkan beberapa kelemahan Metode IKP adalah sdebagai berikut:
1)      Oleh karena metode IKP adalah gabungan tiga metodel ini berarti pengajar dituntut mampu memenuhi prinsip-prinsip yang terdapat dalam ketiga metode tersebut.
2)      Anak-anak yang kurang mampn dan kurang berminat pada bidang bahasa metode IKP dapat menghambat lancarnya belajar Bahasa Indonesia.

Metode ini dalam pelaksanannya dapat ditunjang teknik pengajaran berwujud latihan-latihan baik dengan rekaman maupun sebagai sumber lain sebagai pengganti pengajar. Latihan-latihan dapat menitikberatkan unsur unsur yang dipandang penting sesuai dengan urutan yang diberikan.

3. Rancangan Pembelajaran MMP
Sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Membaca (KBM) MMP secara aktual di dalam kelas, guru perlu menyiapkan rancangan pembelajaran dalam bentuk persiapan tertulis. Hal-hal yang perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan untuk merancang proses KBM MMP di dalam kelas, sekurang-kurangnya guru harus mengkaji dan menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memilih dan menetapkan materi pembelajaran, menetapkan metode MMP yang cocok dan tepat, serta merancang penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan pembuatan persiapan tertulis, sekurang-kurangnya guru harus mempersiapkan format perencanaan KBM dan format persiapan mengajar sebagai rancangan konsep pelaksanaan KBM yang sesungguhnya di dalam kelas.

4. Pelaksanaan Pembelajaran MMP
Pembelajaran MMP terdiri atas pembelajaran membaca permulaan dan pembelajaran menulis permulaan. Pembelajaran membaca permulaan terbagi ke dalam dua tahap, yakni (1) pembelajaran membaca tanpa buku dan (2) pembelajaran dengan menggunakan buku.
Pembelajaran membaca tanpa buku penekenanannya pada bahan bacaan diperoleh dari bahasa anak sendiri. Artinya, kata-kata atau kalimat yang akan dijadikan bahan pelajaran membaca diperoleh dari kata-kata yang sudah dikenal anak.

11
Pelajaran membaca menggunakan buku, yaitu materi pelajaran membaca bersumber dari bukju bacaan. Terdapat bermacam variasi pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan buku, di antaranya: membaca buku pelajaran/paket, membaca buku/majalah anak, membaca bacaan susunan bersama guru-siswa, membaca bacaan hasil siswa.
Pembelajaran menulis permulaan terbagi dalam dua tahap yakni tahap pengenalan huruf dan pelatihan menulis. Terdapat bermacam variasi bentuk latihan menulis permulaan di antaranya: latihan pramenulis (memegang pensil dan gerakan tangan), mengeblat, menghubungkan tanda-tanda titik, menatap, menyalin, menulis halus/indah, dikte/imla, melengkapi tulisan, dan mengarang sederhana.

Baca Juga 
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

1 Response to "Metode Membaca Menulis Permulaan Update Bab II"

Baca Juga

Buku Tamu


Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini